Ohayooo Minna-san.. uda lama ga posting, gomenne ;). Maklumlah banyak kegiatan, banyak acara di sekolah lagi.. atas rekomendasi dari temen-temen aku pengen posting cerita nih..
cek yuk.. semoga suka :)
########################
Tuban, 13 Februari 2015
Sangat jelas pada saat aku terakhir kali menatapnya,
pandangannya tajam mencoba menerobos apa yang kupikirkan. Teringat lima tahun
yang lalu saat dia menampakkan wajah muramnya padaku dan dia mengatakan
seolah-olah dia ingin melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dia inginkan.
Di seberang jalan nampaknya Ifan sedang menghampiri
kami berdua yang berada di depan gerai toko fotokopian. Ditengah keramaian dia
mencoba untuk memanggilku, walau sebenarnya derup klakson mobil saling
bersautan mengacaukan pikiranku. Aku hanya menoleh sekejap padanya lalu
berfokus pada apa yang dia coba katakan padaku, perawakannya terlihat serius,
ingin mengatakan hal yang penting padaku.
Aku kangen... begitu ucapnya, ingin kuhentikan tiba-tiba dia
berkata lagi aku takut!!!!
samar-samar ditelingaku tapi aku berusaha untuk mendengar ucapannya di tengah derasnya
hujan yang mengguyur kami bertiga. Saat itu wajahnya mulai sayu, kakinya gemetar
mendekatiku, matanya terlihat pucat dan tiba-tiba payung yang kupegang jatuh.
Ingatanku lemas, hatiku serasa buncah tak terkatakan dan entah mengapa aku
ingin menghindar darinya tapi aku hanya bisa diam terpaku menatap matanya. Aku
bangun dirumahnya keesokan harinya dan saat aku mencarinya, Ifan hanya
menitipkan bingkisan berwarna biru ini
padaku dan dia sudah tidak kembali sampai saat ini . . .
***
Tuban, 3 Januari 2006 05.02 am
“Anisaaa!! Bangun!!! Bangun nak.. Shalat, mandi,
makan!”, teriak ibuku yang sibuk memasak untuk menyiapkan bekal untukku. “ini
sudah pagi! Siap-siap berkemas.. Mobil Abimu sudah di depan!”
“Iya bu.. ini masih jam 5.. nisa masih ngantuk..”,
ucapku malas. Pagi ini aku dan keluargaku akan meninggalkan kota ini, kota yang
kutinggali sejak aku berumur lima tahun. Kota ini sudah menjadi sebuah nama
saja yang mau tidak mau harus kutinggalkan. Walaupun berat untuk kukatakan,
tetapi sebenarnya aku rindu kota kelahiranku. Aku rindu seseorang, dan aku
ingin bertemu dengannya.
Sepanjang perjalanan aku selalu memikirkan dirinya.
Abi sibuk menyetir dan ibu menemaninya mengobrol, sedangkan adikku asyik main
mobil-mobilannya. Aku duduk di dekat pintu menerawang jauh di jendela mobil Abi
yang terkena tetesan embun pagi sambil memutar kotak musik berwarna biru pastel
degan hiasan lentera dipinggirannya. Masih
ingatkah dia padaku?, Pikirku. Aku mulai gila dengan semua ini, seakan akan
aku sudah tak tahan ingin bertemu sahabatku yang sudah lama ingin kutemui.
***
Bojonegoro, 11 Februari 2006 09.21 pm
“Nisaaa!!!
Kemarilah! Lihat!!”, kata Zia sembari menarik tanganku dan menunjukkan jarinya
ke atas langit “Lihat.. itu rasi bintang saturnus, ada rasi bintang biduk dan
itu... apa ya.. setengah kerbau? Setengah manusia? Minotaur?”
“Minotaur? Itu
Sagitarius!” kataku sambil memandang ke langit
“Ohh iya
bener!.. tau tidak? Dulu ada sebuah legenda yunani namanya apa ya..”
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal “Apa ya... nah ingat, dulu
ada seorang raja di yunani yang memiliki kekuatan sihir namanya Daedalus . . .”
“Tunggu!
Jangan bilang ini cerita karangan kamu sendiri bukan legenda kan?”, ejekku
sambil tersenyum padanya
“Ya engga
lah.. emang situ ya suka ngarang!! Ini fakta kali!”
“Ya sudah
lanjutin ceritanya di Daedalus tadi.. ada apa dengan Daedalus?”
bersambung...
maaf ya minna.. cukup disini ya kupotong ceritanya.. ikuti aja sampai selesai yak,
watashimo arogatoo-nee..